top of page
PicsArt_09-24-08.55.58.png

AKSATRIYA
KAHURIPAN

  • Instagram
  • pngegg

KADERISASI MENJADI KEBUTUHAN

Writer's picture: aksatriyakahuripanaksatriyakahuripan

Source: Dokumentasi


 

Kaderisasi dalam PMII merupakan proses mendidik kader agar senantiasa memegang teguh nilai-nilai dalam organisasi, serta menjadikan kader untuk mampu berpikir kritis dan berwawasan luas. Selain itu, kaderisasi juga berfungsi untuk melanjutkan perjuangan kepengurusan di masa mendatang. Hal tersebut dapat diupayakan melalui jenjang kaderisasi formal, informal, dan non formal. Namun, penulis melihat bahwa pada saat ini kaderisasi yang terlihat populer sebelum MAPABA ialah rujakan bersama atau diskusi tentang filsafat, konspirasi dunia, atau apapun itu sembari meminum kopi di Warkop Bu RT. (rokok Dua Dewi jangan lupa haha).


Hal tersebut membuat tidak adanya batas dalam kaderisasi, sehingga mahasiswa yang lain dapat mengikuti agenda tersebut dengan enjoy, asyik, dan hangat. Pendekatan secara emosional ternyata menjadi hal yang penting, karena bukan sekedar menyuruh mahasiswa untuk membaca buku atau belajar tentang bagaimana cara berpikir kritis, namun sebelum itu menurut penulis yakni melalui pendekatan emosional, misalnya ketika rujakan bersama tersebut terdapat sesi curhat tentang keluh kesah selama kuliah atau bermain kartu UNO dikala sesi curhat telah berakhir. (jangan lupa bedaknya wkwk).


Mengapa pendekatan emosional menjadi hal yang penting? Karena, hal tersebut menjadi basic (dasar) untuk membuat seseorang tertarik mengikuti kita, dan penulis yakin bahwa ketika hubungan secara emosional telah terbangun dengan baik, maka untuk mengikutsertakan mahasiswa baru dalam jenjang kaderisasi ketika mereka sudah menjadi bagian dari PMII nantinya akan lebih mudah, misalnya mendelegasikan mereka untuk mengikuti PKD, PKL, Pelatihan Administrasi, dan lain-lain.


Sebagai kesimpulan, dan menjawab pertanyaan ‘mengapa menjadi lebih mudah?’ Karena, ketika sudah terdapat hubungan emosional yang baik dengan mahasiswa baru maka kaderisasi akan menjadi sebuah kebutuhan, misalnya mereka ingin membaca buku filsafat karena pada saat rujakan bersama tersebut sambil membicarakan tentang filsafat. Tanpa kita menyuruh mereka untuk membaca buku, mereka akan tertarik dengan sendirinya. Dan, letak kebutuhannya terdapat pada kesadaran diri mereka yang menginginkan untuk membaca buku.





 

Penulis: Andika Ardiansyah

Anggota Divisi Intelektual Rayon Aksatriya Kahuripan Periode 2023-2024




37 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


“Aku akan terus menulis dan akan terus menulis, sampai aku tak mampu lagi menulis”
(H.Mahbub Djunaidi)

© 2021 by LSO Informasi,komunikasi, dan pers PMII AKSATRIYA KAHURIPAN

bottom of page