Esai ini akan membahas dan mengkaji beberapa persoalan yang sering kita hadapi sebagai kader PMII, khususnya di tingkat kepengurusan Rayon yang sering menghadapi dinamika sosial hingga problematika struktural. Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih dalam, disini penulis akan menegaskan bahwa penulisan ini murni dari opini dan pengamatan pribadi penulis, dengan segala bentuk keresahan yang takberujung, mengakibatkan penulis melakukan banyak pembacaan dan analisis sosial pada kehidupan masyarakat Rayon PMII, yang dirasa mengalami degradasi dari berbagai aspek terlebih dalam kaderisasi, penulisan opini ini adalah buah hasil dari analisis dan kajian-kajian yang mendasar untuk mencari solusi yang diharap dapat memperbaiki siklus kaderisasi dalam kepengurusan yang relevan ditingkat Rayon PMII.
Berbicara tentang kaderisasi PMII, mungkin sering kita temui bahwa banyak sekali problematika yang terjadi pada saat ini, di mulai dari masa rekrutmen anggota baru maupun sampai pada proses yang lebih lanjut. Pada umumnya anggota dan kader yang masuk mempunyai berbagai latar belakang alasan yang berbeda, kebanyakan tidak melalui pendekatan akademik tetapi lebih kepada kedekatan emosional. Sehingga, kurangnya kesadaran mahasiswa dalam berorganisasi, adanya intervensi dari berbagai sisi dari kampus dan stigma buruk anggota atau kader membuat para calon anggota dan anggota baru tidak mempunyai alasan untuk tetap dan masuk untuk berorganisasi. Selain itu dalam ruang lingkup ideologisasi banyak sekali anggota yang mengaggap bahwa materi yang di sampaikan tidak sesuai dengan lingkungannya baik di kampus umum maupun di kampus agama. Sehingga kampus umun tidak sesuai dengan pengetahuan kanan dan kampus agama tidak sesuai dengan pengetahuan kirinya. Namun bukan hanya itu saja, masih terdapat berbagai persoalan yang dapat menghambat peroses kaderisasi di PMII.
Ada beberapa hal yang perlu kita sikapi secara khusus dan intensif terkait moral dan tanggung jawab anggota ataupun kader PMII, seperti yang telah terurai di atas, bahwa setiap mahasiswa yang masuk dalam keanggotaan PMII memiliki latar belakang yang sangat beragam, diantaranya terdiri dari macam-macam karakter mahasiswa, mulai dari mahasiswa yang introvert, ekstrovert, hingga mahasiswa yang berkarakter ambisius sekalipun. Dengan adanya propabilitas yang ada, maka sebagai anggota pengurus PMII kita harus dapat memahami tipologi mahasiswa yang ingin berproses dalam keorganisasian, agar sebagai pengurus dapat melakukan pemetaan dalam menjalankan tugasnya secara relevan, hal ini juga sejalan dalam pengadvokasian sistem kaderisasi yang maksimal.
Walaupun demikian fakta lapangannya cukup bertolak belakang dengan apa yang telah dibahas diatas, dapat kita sepakati bersama bahwa keadaan dinamika kader PMII saat ini sedang mengalami disrupsi yang berkepanjangan, maka dalam mencari solusi terkait problematika kaderisasi, penelitian ini akan memfokuskan pada sikap kepengurusan anggota rayon dalam menindaklanjuti disintegrasi yang terjadi. Hal ini akan mengacu pada kompetensi dan tanggung jawab pengurus, sebagai gerbang awal kaderisasi. Prioritas kaderisasi bukan hanya berfokus pada wilayah eksternal, namun juga pada wilayah internal organisasi juga harus diperhatikan, dengan melalui berbagai pendekatan seperti melalui hubungan antara pengurus dengan anggota secara intensif dan moralitas, hal tersebut dapat membantu dalam menjaga keharmonian dan keutuhan seluruh anggota rayon.
Adapun hal-hal yang dapat dijadikan solusi dalam menjaga kestabilan kaderisasi diranah internal rayon, antara lain sebagai berikut;
1. Memperbaiki kerenggangan komunikasi dengan seluruh anggota rayon, dengan narasi saling melengkapi dan bentuk kebersamaan.
a. komunikasi secara emosional.
b. komunikasi secara rasional.
c. komunikasi secara transparan pada seluruh keanggotaan.
2. Memberikan pendalaman terkait keorganisasian.
a. Cara penyampaian atau public speaking yang baik
b. Pendalaman materi
c. Kajian-kajian yang bersifat inovatif dan informatif
d. Menanaman ideologis dangan baik
3. Menyatukan kepengurusan dalam satu sinergi.
a. Tidak ada dekotomi antar pengurus
b. Memperkuat seluruh difisi dalam menjaga integritasnya
c. Menjalin relasi lebih luas
4. Membangun kesadaran akan tanggung jawab serta moral kepemimpinan dalam keorganisasian.
a. Menanamkan karakter leadership pada setiap kader
b. Introspeksi diri untuk bersikap lebih dewasa
c. Memberikan contoh positif pada kader-kadernya
d. Bertanggung jawab dalam tugas yang diampu
5. Keterbukaan dalam menerima kritikan dan saran dari berbagai anggota.
a. Anti baper atau tidak terbawa perasaan saat kritik berkumandang
b. Tidak ada diskriminasi identitas dalam menerima aspirasi
c. Memiliki semangat progresif
d. Sering malakukan evaluasi
Dalam penulisan ini tentu saja tidak akan tuntas untuk membahas perkara terkait kaderisasi dengan hanya berdasarkan pengamatan pribadi penulis, maka dengan itu akan lebih dijelaskan lagi secara interdispliner dan komprehensif melalui diskusi-diskusi yang ilmiah.
Jazakumullah kahiran katsiran
Ditulis Oleh:
M. Tajun Ni’am Alawi
Koordinator Divisi Intelektual Rayon Aksatriya Kahuripan Periode 2023-2024
Comentários