Di Balik Layar Berita
- aksatriyakahuripan
- Jun 14
- 1 min read
Di layar kaca, pagi dibuka
dengan janji yang menguap seperti kabut kota,
tangan besi berjabat mesra
di tengah jerit rakyat yang tak sempat bicara.
Harga naik, langit makin pendek,
bumi digadai demi proyek cepat beres,
tapi siapa yang pulang ke rumah tanpa listrik?
Siapa yang panen, tapi lapar tetap menempel di gigi?
Hutan digunting dengan peta investasi,
anak sungai menangis dalam berita yang basi.
Katanya pembangunan, tapi kampung lenyap perlahan,
ditukar jalan tol dan janji kerja di tangan-tangan tuan.
Petani kehilangan sawah,
nelayan diusir dari pantai yang kini jadi vila mewah.
Rakyat bertanya,
tapi jawabnya cuma diam dari mereka yang duduk di atas sana.
Di media sosial,
kebenaran bertarung dengan sensasi modal.
Berita dibentuk seperti origami
lipatan kepentingan, dibaca sambil lalu, hilang maknanya pagi ini.
Kritik disebut makar,
protes dikurung dalam jeruji pasar.
Sedang suara nurani,
pelan-pelan jadi sunyi.
Namun kami tetap bicara,
dalam puisi, mural, dan dada yang menyala.
Karena negeri ini bukan milik satu warna
tapi ribuan suara yang menolak dibungkam tanpa tanya.
Ditulis Oleh
Eryka Aliya Firdiana
Koordinator Devisi Informasi & Komunikasi
Rayon Aksatriya Kahuripan Periode 2024-2025

Commentaires