top of page
PicsArt_09-24-08.55.58.png

AKSATRIYA
KAHURIPAN

  • Instagram
  • pngegg

Mau Dibawa Kemana PMII Hari Ini ?

Writer's picture: aksatriyakahuripanaksatriyakahuripan

Oleh: Ahmad Bintang Maulana (Bidang Kaderisasi Rayon Aksatriya Kahuripan)

 
 

Pada tanggal 17 April 1960, para kaum muda Nahdlatul Ulama (NU) dari berbagai daerah berkumpul menjadi satu di kota pahlawan atau surabaya untuk membahas tentang arah gerakan kader – kader NU di tingkatan mahasiswa. Hasil dari kumpulan tersebut akhirnya tercetuslah suatu wadah bagi para kader bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).


Keberadaan PMII tidak bisa dilepaskan dari NU. Meskipun dalam dinamikanya, PMII pernah independen dari NU lantaran NU menjadi partai politik. Hari ini PMII dan NU memiliki hubungan secara interdependen yang masih terkait secara ideologis, emosional dan kultural walaupun tidak secara struktural. PMII menjadikan aswaja (Ahlussunnah Wal Jama’ah) sebagai metode berfikir (Manhaj Al-Fikr) dan metode pergerakannya (Manhaj Al Harokah). Ada 4 prinsip aswaja yang menjadi landasan gerak PMII yaitu tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran) dan ta’addul (adil).


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang lebih kita kenal dengan istilah PMII telah memasuki peradaban baru. Keberadaan PMII menjadi tonggak penting dalam menentukan sinar peradaban islam Indonesia. Kehadiran PMII yang lahir dari rahim NU memiliki perspektif yang berbeda mengenai keislaman, kebangsaan, dan persatuan sesama umat Islam. Di balik lamanya 61 tahun PMII berdiri telah lama tersirat pesan kepada para kader intelektualnya yang berbasis islam ke Indonesiaan yaitu arah gerak di era sekarang. Kader adalah mereka yang mengabdi dan siap memajukan organisasi. Sistem pengkaderan yang ada dalam PMII adalah totalitas metode pembelajaran yang dilakukan dengan terarah, terencana, terpadu fleksibel dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan martabat, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insan-insan pergerakan agar menjadi insan yang beradab, berani, santun, cerdik, cendikia, berkarakter, terampil, royal dan gigih menjalankan roda organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangannya.


Di balik semua usaha tersebut tak cukup untuk menjadikan para kader untuk tetap berdiri tegak mengikuti perkembangan yang semakin maju. Para kader PMII di tuntut untuk fleksibel menyesuaikan kondisi dan keadaan yang ada di era 4.0 ini. Seperti dipaparkan oleh Ketua Umum PB PMII Abdullah Syukri atau yang kerap disapa Gus Abe, saat berbincang santai dengan jurnalis NU. PMII memiliki sebuah peluang besar untuk melakukan lompatan - lompatan dalam beberapa sektor. Salah satunya adalah gagasan mengenai ilmu pengetahuan yang dinilai penting melalui paradigma yang ada. Kita ketahui bersama bahwasannya paradigma yang selama ini kita kenal dan kita jadikan patokan adalah paradigma kritis transformatif dimana para kader harus kritis dalam menyikapi segala hal dan membuat perubahan – perubahan yang ada dengan mengikuti dinamika arus zaman. Namun, kali ini menurut Gus Abe di era Disrupsi kali ini seseorang di tuntut untuk menghasilkan karya dan berproduksi lebih banyak dengan memakai segala inovasi yang ada.


Maka menurut Gus Abe sendiri sudah selayaknya paradigma yang ada di PMII di perbarui dengan kalimat “produktif” sehingga menjadi kritis, transformatif dan produktif. Jadi orientasi gerakan PMII kedepan baik itu kaderisasi, intelektual dan ke semuanya harus berbasis karya dan produk untuk menghasilkan output yang jelas. Sebagai contoh sudah banyak kalangan kader PMII yang berdiskusi sampai 4 – 5 jam bahkan hingga larut malam di rayon namun tidak menghasilkan apapun. Tidak ada output atau produk yang dihasilkan sehingga mereka sekilas hanya membuang waktu percuma. Para kader di era sekarang haruslah bisa berkarya atau menghasilkan produk minimal untuk membantu perekonomian rayon atau komisariat masing-masing. Bagi para kader – kader yang mempunyai skill maupun bakat semisal diskusi atau pecinta seni haruslah menghasilkan karya buku atau seni rupa yang nantinya bisa membawa nama baik bagi dirinya sendiri maupun rayon atau komisariat yang dinaungi. Hal ini tentu menjadi nilai plus tersendiri bagi para kader karena nantinya disamping hasil produk mereka dapat dimaksimalkan juga membuat nama rayon atau komisariat mereka menjadi dikenal oleh khalayak umum.


Dengan demikian, sudah sepatutnya para kader PMII untuk mengikuti dinamika arus perkembangan zaman yang semakin maju. Melihat potensi potensi setiap kader yang yang begitu besar baik di tatanan rayon maupun komisariat nampaknya bukan tidak mungkin peradaban baru akan muncul di tubuh PMII. Juga melalui ilmu pengetahuan yang ada dalam setiap kampus diharapkan menjadi stimulus bagi para kader PMII untuk memaksimalkan setiap bakat mereka yang nantinya akan membawa PMII terdepan dalam kemajuan perkembangan di era disrupsi. Karena jika tidak, bukan tidak mungkin para kader PMII hanya menjadi rangkaian fosil di tengah riuh semangatnya generasi milenial dalam menciptakan berbagai produk dan karya berkelanjutan dan banyak membawa manfaat bagi sesama.

89 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


“Aku akan terus menulis dan akan terus menulis, sampai aku tak mampu lagi menulis”
(H.Mahbub Djunaidi)

© 2021 by LSO Informasi,komunikasi, dan pers PMII AKSATRIYA KAHURIPAN

bottom of page