Source : Toei Animation
Sebagai Penggemar Anime (atau kartun jepang) tulen. Selalu ada perasaan senang dan kagum ketika saya melihat atau menonton anime. Tak terhitung sudah berbagai judul anime dari berbagai genre (kecuali genre hentai atau delapanbelas plus plus) sudah saya nikmati. Saya juga memiliki berbagai koleksi anime di Laptop dan Hardisk Eksternal. Hitung-hitung sebagai obat ketika jenuh mengerjakan skripsi. Atau sebagai alternatif kegiatan ketika sedang tidak melakukan apa-apa.
Salah satu anime terbaik diantara sekian anime yang saya tonton versi saya adalah one piece. Saking sukanya sama ini anime. Saya sampai membuat tulisan tentang anime ini yang juga saya muat di Website Rayon PMII Aksatriya Kahuripan dengan judul “MENALAR ONE PIECE : SEBUAH METAFORA DARI JANJI-JANJI PENCERAHAN." Tulisan tersebut lahir dalam sebuah upaya otak atik matuk antara One Piece dengan janji-janji pencerahan yang dibawa oleh tokoh-tokoh modern.
Kembali pada alasan kenapa One Piece adalah salah satu anime terbaik menurut saya. Secara umum mungkin juga sudah saya tuliskan di artikel tersebut. Disini saya hanya memberikan tambahan khusus yang terkadang luput dari pandangan dan pikiran saya. Khususnya adalah persepsi saya sendiri mengenai anime satu ini. Salah satu hal yang saya suka dari One Piece adalah tingkat kompleksitas ceritanya yang benar benar kompleks bin jelimet.
Sesuai judul animenya yang apabila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia memiliki arti satu potongan. Setiap episode One Piece adalah kepingan-kepingan puzzle yang harus dirangkai oleh penikmatnya. Selain itu cerita one piece yang kompleks seolah-olah menggambarkan kondisi social yang ada di masyarakat pada masa lampau hingga masa kini. Ada banyak sekali fenomena-fenomena social pada anime One Piece yang bisa dianalisis dengan menggunakan perspektif tokoh-tokoh sosiologi.
Salah satu tokoh sosiologi yang termahsyur adalah Karl Marx. Marx adalah tokoh yang wajahnya diabadikan dalam Kaos Cultural Introduction Sociology 2023 ( Ojo lali pesen cuahhh). Bahkan di anime One Piece sendiri wajah Karl Marx menjadi salah satu inspirasi Eichiro Oda. Sang creator One Piece sebagai desain salah satu karakter yaitu Saint Jay Garcia Saturn.
Ada banyak sekali konflik yang terjadi dalam serial One Piece. Apabila kita melihat dalam perspektif Karl Marx. Konflik terjadi akibat adanya pertentangan antar kelas-kelas social. Karl Marx melihat bahwa sejarah dunia pun dibentuk oleh pertentangan kelas sosial yang dilatarbelakangi oleh persoalan materi yang kemudian oleh Marx dinamakan sebagai Materialisme Historis. Konflik ini kemudian memunculkan kelas-kelas social yang dibagi berdasarkan strata ekonomi.
Pertentangan antar kelas social inilah yang sangat Nampak dan terjadi di Dunia One Piece. Kelas proletar yang diwakili oleh para bajak laut dan masyarakat umum. Serta kelas borjuis yang diwakili oleh para tenryuubito, para raja, dan angkatan laut. Pertentangan antara dua kelas ini didasari oleh persoalan material yakni ekonomi. Para kaum borjuis yang berusaha melanggengkan kekuasaan dan kaum proletar yang berupaya merebut alat-alat produksi dan kekuasaan.
Bisa dilihat pada arc terbaru saat Luffy Dkk singgah di Wanokuni. Luffy dan orang-orang Wano berupaya merebut kekuasaan dari tangan Shogun Orochi dan Kaido. Berkobarnya api revolusi di Wanokuni tersebut sangat mengambarkan bagaimana konflik kelas yang dimenangkan oleh kaum proletar kemudian merubah tatanan struktur social secara radikal. Luffy yang berperan sebagai pemimpin dari kaum proletar mengobrak abrik Onigashima dan mengalahkan Kaido dengan kekuatan awakening buah iblisnya. Ia juga membantu momonosuke yang penguasa yang sah dari wanokuni untuk mengalahkan Orochi dan merebut kekuasaan dari Orochi.
Sebelum Luffy datang ke Wano. Negara Wano digambarkan sebagai sebuah negara otoriter dibawah kepemimpinan Shogun Orochi. Sang shogun sendiri dalam upaya mempertahankan kekuasaannya melalukan kerjasama dengan Kaido. Di iming-imingi kekuasaan untuk mendirikan pabrik senjata di Wano dan memberlakukan kerja paksa kepada tahanan di penjara Wano tentu membuat kaido tergiur dan menyetujui tawaran orochi.
Pasca kekalahan Orochi dan Kaido (spoiler alert). Wajah wanokuni sebagai negara otoriter dan melanggengkan praktek eksploitasi oleh pemimpin sebelumnya. Perlahan-lahan berubah pasca dipimpin oleh Momonosuke. Praktek dehumanisasi yang tercermin pada eksploitasi lingkungan dan eksploitasi manusia perlahan lahan hilang. Momonosuke sebagai shogun yang baru menghapus kelas-kelas sosial dan pada kepemimpinan Momonosuke pula kesetaraan kelas yang diinginkan oleh masyarakat Wano terwujud.
Sebagai anime yang kompleks One Piece menawarkan berbagai konsep-konsep yang relate dengan kehidupan sehari-hari. Terlepas label wibu yang saya dapatkan dari kawan-kawan karena kesukaan saya melihat anime. Ada banyak sekali konflik yang terjadi dalam anime One Piece yang kemudian bisa kita lihat dari kacamata pemikiran para tokoh-tokoh sosial.
Karl Marx menjadi salah satu tokoh sosial yang pemikirannya juga relate dengan jalan cerita One Piece. Semangat pembebasan dan haus akan petualangan inilah yang kita juga harus teladani dari Luffy. Sebagai Kader PMII, spirit emansipatoris yang dibawa oleh Luffy harus terwujud dalam diri sahabat-sahabat sekalian. Minimal jika kita tidak bisa merubah orang lain. Kita sendirilah yang harus berubah dan juga bertumbuh.
Oleh : Rizal Nur Cahyo Saputro
Anggota Lembaga Semi Otonom Infokom dan Pers
Periode 2022-2023
Comments