![](https://static.wixstatic.com/media/994266_d9800e4c6a8d4107b6713c815a75d933~mv2.png/v1/fill/w_980,h_551,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/994266_d9800e4c6a8d4107b6713c815a75d933~mv2.png)
Dokumen Pribadi
Perkembangan teknologi selama dua dekade terakhir telah membawa kemudahan bagi umat manusia dalam segala lini kehidupan. Teknologi berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan perkembangan teknologi menjadi sebuah alasan akan masifnya perkembangan manusia pada abad 21. Utamanya bagi kader PMII untuk menjadikan teknologi sebagai bagian dari upaya mewujudkan cita cita PMII dan sebagai sarana pengembangan diri.
Berbicara soal teknologi, bagi generasi Z yang memang tumbuh ditengah-tengah masifnya perkembangan teknologi tentu bukan lagi menjadi pembicaraan yang tidak menarik. Justru bagi generasi tersebut pembicaraan mengenai perkembangan teknologi menjadi sebuah topik hangat yang selalu diperbincangkan setiap harinya. Selain itu juga karena teknologi menjadi bagian dari hidup generasi tersebut. Membuat generasi Z dikenal sebagai digital native atau generasi yang tumbuh di era digital.
Generasi Z atau lazim disebut Gen Z adalah sebutan bagi seseorang yang lahir dalam kurun waktu antara 1995-2010. Pada kurun waktu tersebut bisa dibilang bahwa perkembangan teknologi sedang pesat-pesatnya. Sehingga hal inilah yang membuat Gen Z menjadi generasi yang sangat bergantung pada teknologi. Selain itu para ahli menyatakan bahwa Gen Z menjadi generasi yang minim batasan. Hal ini tidak bisa dipungkiri mengingat salah satu penyebabnya adalah perkembangan teknologi terutama dalam bidang teknologi informasi menghapus batasan geografis dan membuat manusia bisa saling berkomunikasi serta bertukar informasi.
Ryan Jenkins dalam artikelnya yang berjudul “Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation” yang dimuat di Inc.Com pada tahun 2017 menyebutkan bahwa Gen Z punya harapan, preferensi, dan perspektif bekerja yang berbeda daripada generasi lainnya serta dinilai menantang bagi organisasi. Karakter Gen Z juga lebih beragam, bersifat global dan memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan dan yang paling penting, Gen Z memiliki kemampuan untuk memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Bayangkan saja, mereka bisa menggunakan teknologi selayaknya mereka bernafas. Di Indonesia sendiri mayoritas populasi penduduk didominasi oleh Gen Z dengan proporsi sebesar 27,94% dari 250 juta total penduduk berdasarkan hasil survei sensus penduduk 2020. Sehingga Gen Z memegang peranan vital dan turut andil dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.
Mayoritas karakteristik Gen Z di Indonesia juga tidak jauh dari penggambaran karakter Gen Z menurut Ryan Jenkins. Bisa dilihat salah satunya di media sosial yang didominasi oleh Gen Z. Mayoritas Gen Z memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk berkomunikasi dan bersosial. Entah sekedar mengeluarkan uneg-uneg. Sampai menjadikan media sosial sebagai tempat mendapatkan teman bahkan juga mencari cuan. Media sosial bagi Gen Z seakan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ibarat sayur tanpa garam Gen Z tanpa media sosial menjadi sebuah hal yang mustahil terpisahkan. Sehingga tidak bisa dipungkiri Gen Z di Indonesia akan berada pada garda paling depan dalam menghadapi era Society 5.0
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia hampir keseluruhan kadernya juga di dominasi oleh Gen Z. Sehingga pada masa sekarang seharusnya dalam menjalankan roda organisasinya PMII juga harus memanfaatkan perkembangan teknologi. Misalnya memanfaatkan media sosial sebagai sarana publikasi kegiatan, hasil olah pemikiran, dan media eksistensi branding PMII di mata khalayak umum. Dengan begitu stigma bahwa PMII adalah organisasi yang kuno, organisasi yang tidak up to date, organisasi yang close minded dengan perkembangan teknologi akan terhempas begitu saja bak debu beterbangan. Menjadi bukti tak terbantahkan bahwa PMII juga bisa memanfaatkan perkembangan teknologi.
Sekarang coba bayangkan dengan kemajuan teknologi kita bisa melakukan apapun tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan hadirnya aplikasi tele conference misalnya. Kader PMII bisa melakukan diskusi tanpa harus bertemu. Juga dengan perkembangan teknologi yang begitu masif. Tentu kedepannya bukan tidak mungkin kader PMII bisa mengadakan Masa Penerimaan Anggota Baru atau Mapaba dalam dunia virtual seperti Metaverse, membuat suatu program Artificial Inteligence (AI) interaktif sebagai sarana informasi kader, atau bahkan menjadi pelopor dalam memanfaatkan teknologi dalam ruang lingkup organisasi ekstra kampus. Tetapi juga pemanfaatan teknologi tersebut juga harus dibarengi dengan kesadaran diri serta tidak lupa menjadikan ahlussunnah wal jamaah sebagai dasarnya.
Menjadi Gen Z yang ber PMII berarti menjadi Gen Z yang up to date dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai agama dan norma masyarakat. Bagi Kader PMII khususnya teknologi bisa dimaknai sebagai sebuah terobosan baru dan alternatif dalam mendinamisasi arah gerak PMII sesuai dengan perkembangan zaman. Tanpa meninggalkan ahlussunnah wal jamaah sebagai landasan ideologisnya. Mau dibawa ke mana PMII di tengah perkembangan teknologi semua tergantung pada kadernya. Jadi dengan perkembangan teknologi. buat para kader PMII, PMII mau kamu bawa ke mana ?
Oleh :
Lembaga Semi Otonom Infokom dan Pers
Rayon Aksatriya Kahuripan Periode 2021/2022
Commentaires